Fathya Tyas Yudila Utami Fathya Tyas Yudila Utami, 20. Sedang dalam masa studi pada tahun ketiga di jurusan Antropologi Sosial. Sengaja tidak belajar berenang agar tetap tenggelam dalam arus sastra yang memabukkan. Menamai dirinya sebagai buruh tulis yang tuna kata, sebab terkadang huruf-huruf jahil tidak pulang ke dalam kepala. Bercita menerbitkan anak-anak kata yang telah lahir sejak lama dalam satu, dua, seribu halaman (bila mampu) agar diketahui pernah berbagi udara yang sama dengan mahluk bumi lainnya.

Kenali UX Writing dan 3 Kesalahan Dalam Perancangannya

2 min read

User Experience (UX) tampaknya sudah malang melintang di dunia produk digital. UX ini merupakan salah satu istilah dalam dunia design produk yang berfokus kepada pengalaman para pengguna saat mereka hendak menggagas sebuah ide baru. Nah, antara UX dengan skill menulis ternyata memiliki relasi yang mengikat satu sama lain nih, sobat MySkill.id. Teks pada sebuah produk digital tentu akan bermanfaat sebagai navigator yang baik bagi para user. Hal ini sering kali disebut dengan UX writing.

Namun, apa jadinya bila kemudahan yang seharusnya menjadi tawaran utama malah berbalik membuat pengguna kesal karena fitur yang membingungkan? Mari kita cari tahu bersama, tiga kelalaian dalam merancang produk yang memanfaatkan UX writing supaya kamu tidak pusing tujuh keliling. Tetap scroll down, sebab MySkill.id selalu menawarkan solusi terbaik bagimu!

1. UX Writing Tidak Memberikan Pengalaman yang Menyenangkan bagi Pengguna

Jadikan pengalaman pengguna sebagai tujuan utama perancangan UX!
Pengguna yang kesal bisa menjadi red flag untuk produkmu, cepat perbaiki!

Kamu masih ingat bukan tujuan awal dari pemanfaatan konsep UX ini terhadap sebuah produk digital? Ya, kepuasan para pengguna adalah nomor satu! Pada beberapa kondisi, barangkali UX writing pada produk malah menjadi mata pisau yang dapat membunuh bisnismu. Bukannya menghasilkan rasa puas setelah menggunakannya, kamu justru membuat user kesal bukan main akibat beberapa faktor yang ada.

Salah satu contohnya adalah keberadaan serangkaian fitur yang terbilang rumit dengan teks tertera yang ternyata tidak membantu sama sekali, sobat MySkill.id. Untuk itu, cobalah menyederhanakan beberapa bagian pada produk digital-mu agar lebih ramah untuk segala kalangan saat mereka mengaksesnya. Jangan sampai menggunakan petunjuk yang kamu sendiri bisa merasa bingung saat menggunakannya. Make it simple and you’ll nailed it!

2. Lalai dalam Mepertimbangkan Nilai Produk 

Jangan lupakan tentang value dari produkmu juga.
Buatlah produkmu semakin valuable agar pengguna senantiasa setia menggunakannya

Apabila produk yang kamu miliki telah mampu berjalan beriringan dengan kebutuhan para pengguna, itu tandanya kamu sudah berhasil menghidupkan nilai di dalamnya! Selamat, sobat MySkill.id. Mampu memenuhi hal-hal yang menjadi kebutuhan user di luar sana tentu merupakan pencapaian yang besar. Kondisi ini menunjukkan bahwa gagasan, serta fitur-fitur yang mengimbangi produk ini telah bekerja dengan baik dan maksimal.

Kamu dan seluruh team yang terlibat dalam perancangan UX writing pada produk telah mampu melihat apa saja yang menjadi incaran pengguna di pasar digital saat ini, hingga kemudian menyalurkannya pada suguhan produk yang berdaya guna tinggi, lengkap dengan sederet menu yang membuatnya easy to use bagi semua orang! Namun, jangan sampai terbuai. Harus tetap ada improvement berkala supaya produkmu semakin apik.

Baca Juga: B2B vs B2C Marketing, Kenali 5 Perbedaannya!

3. Produk Sulit untuk Dijangkau Salah Satu Alasan Kesalahan UX Writing-mu!

Produk yang sulit dijangkau menjadi salah satu kesalahan umum dalam UX writing.
Belum menggunakannya saja pengguna sudah terkendala saat akan menjangkau produkmu

Bukan hanya perkara simple dan bernilai saja, tetapi kamu juga harus memperhatikan apakah produk digital ini memiliki kemudahan bagi seluruh pengguna dalam menjangkaunya. Jangan sampai melupakan hal ini ya, sobat MySkill.id. Bagaimana bisa pengguna merasa terbantu dengan produkmu bila untuk menjangkaunya saja sulit sekali. Yuk, tinjau kembali sebelum terlalu jauh melangkah ke depan!

Sayang bukan, bila ternyata produk digital yang telah memenuhi dua keunggulan poin sebelumnya malah terlewatkan hanya karena bikin kepala mumet saat mengunduhnya. Untuk mengujinya, kamu dan team dapat menjalankan produk tersebut dalam kurun waktu tertentu menggunakan prototype lalu kembali lagi untuk mengadakan evaluasi. tentukan apakah si produk sudah lulus uji coba atau masih memerlukan beberapa perbaikan di dalamnya.

Itulah tiga hal yang kemungkinan terlewat saat kamu merancang produk dengan memanfaatkan konsep UX Writing. Cobalah untuk memperhatikan detail sekecil apapun, untuk meminimalisir terjadinya kerugian. Masih penasaran perihal serba-serbi UX writing untuk sebuah digital produk? Tunggu apa lagi, MySkill.id telah menyiapkan kelas terbaik yang bisa menjadi pilihan untuk mengisi agendamu hari ini. Buruan akses ke laman website MySkill.id untuk mendapatkannya.

Jangan ragu menekan tombol klik pada opsi UX Writing Untuk Produk Digital, ya. Ada banyak sekali benefit yang bisa kamu rasakan saat memilih belajar bersama kami di MySkill.id. Modul yang berisikan materi terkait akan langsung dapat kamu akses setelah melakukan pembayaran. Segera daftarkan diri dan raih segudang manfaatnya!

Buat kamu yang ingin meningkatkan kualitas skill dan CV untuk menunjang karir, yuk join Myskill.id! Di sini, kami menyediakan berbagai pelatihan upskilling via e-learning dan bootcamp yang bisa kamu ikuti dengan berbagai praktisi dan cara yang menyenangkan.

Baca Juga: Beli Lagi dan Lagi: 4 Cara Merintis Strategi Brand Ini Dijamin Membuat Konsumen Terpikat

Editor: Agnes Zefanya Yonatan

Fathya Tyas Yudila Utami Fathya Tyas Yudila Utami, 20. Sedang dalam masa studi pada tahun ketiga di jurusan Antropologi Sosial. Sengaja tidak belajar berenang agar tetap tenggelam dalam arus sastra yang memabukkan. Menamai dirinya sebagai buruh tulis yang tuna kata, sebab terkadang huruf-huruf jahil tidak pulang ke dalam kepala. Bercita menerbitkan anak-anak kata yang telah lahir sejak lama dalam satu, dua, seribu halaman (bila mampu) agar diketahui pernah berbagi udara yang sama dengan mahluk bumi lainnya.