Akuntansi Berbasis Akrual: Pengertian, Jenis, dan Contoh Penerapan

1. Pengertian Akuntansi Berbasis Akrual

akuntansi berbasis akrual adalah suatu metode akuntansi di mana transaksi keuangan dicatat pada saat terjadinya, bukan hanya saat uang berpindah tangan. Dalam sistem akuntansi berbasis akrual, pendapatan diakui ketika barang atau jasa disampaikan, bukan pada saat pembayaran diterima, dan biaya diakui ketika barang atau jasa diterima, bukan pada saat pembayaran dilakukan. Prinsip ini menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat dan menyediakan gambaran yang lebih lengkap tentang kesehatan keuangan suatu entitas.

Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipahami mengenai akuntansi berbasis akrual:

  1. Pengakuan Pendapatan: Pendapatan diakui ketika layanan atau barang telah disediakan kepada pelanggan, bukan hanya ketika pembayaran diterima. Misalnya, jika sebuah perusahaan menjual produk kepada pelanggan tetapi memberikan opsi pembayaran 30 hari, pendapatan akan diakui pada saat penjualan terjadi, bukan saat pelanggan membayar.
  2. Pengakuan Biaya: Biaya diakui ketika barang atau jasa diterima, bukan hanya ketika pembayaran dilakukan. Misalnya, jika sebuah perusahaan menerima barang atau jasa dari pemasok tetapi memberikan opsi pembayaran 60 hari, biaya akan diakui pada saat barang atau jasa tersebut diterima, bukan saat perusahaan membayar.
  3. Prinsip Konservatisme: Dalam akuntansi berbasis akrual, prinsip konservatisme mengharuskan entitas untuk mengakui kerugian potensial secepat mungkin, tetapi menunda pengakuan laba potensial sampai pasti. Misalnya, jika sebuah perusahaan mengetahui adanya kerugian potensial dari piutang yang tidak tertagih, kerugian tersebut harus diakui pada saat diketahui, bahkan jika piutang tersebut belum jatuh tempo.
  4. Laporan Keuangan yang Akurat: Dengan menggunakan metode akuntansi berbasis akrual, laporan keuangan dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja keuangan suatu entitas. Ini karena pendapatan dan biaya diakui pada saat mereka terjadi, memberikan gambaran yang lebih tepat tentang arus kas, laba bersih, dan posisi keuangan perusahaan.
  5. Kewajiban Pajak: Dalam beberapa yurisdiksi, perusahaan mungkin memiliki kewajiban untuk membayar pajak atas pendapatan yang diakui pada saat penjualan terjadi, bahkan jika pembayaran belum diterima. Ini menunjukkan pentingnya pemantauan kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban pajak, terutama pada perusahaan dengan penjualan kredit yang signifikan.

Secara keseluruhan, akuntansi berbasis akrual memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kinerja keuangan suatu entitas dengan memungkinkan pengakuan pendapatan dan biaya pada saat terjadinya, bukan hanya pada saat uang berpindah tangan. Hal ini membantu pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang posisi keuangan suatu entitas.

Mau jadi Akuntan, Pajak atau Auditor? Baca panduan lengkap Akuntansi, Pajak dan Audit di sini.

2. Metode Dalam Akuntansi Berbasis Akrual

Dalam akuntansi berbasis akrual, terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengakui pendapatan dan biaya. Metode-metode ini membantu dalam proses pencatatan transaksi keuangan secara tepat dan akurat. Berikut adalah beberapa metode utama dalam akuntansi berbasis akrual:

  1. Metode Persamaan: Metode ini adalah pendekatan dasar dalam akuntansi berbasis akrual di mana pendapatan diakui ketika pendapatan tersebut “diperoleh” dan biaya diakui ketika biaya tersebut “dikeluarkan”. Pendapatan dianggap diperoleh ketika layanan atau barang telah disediakan kepada pelanggan, dan biaya dianggap dikeluarkan ketika barang atau jasa diterima. Metode ini memberikan gambaran yang paling akurat tentang kinerja keuangan suatu entitas.
  2. Metode Penyesuaian: Metode penyesuaian digunakan untuk menyesuaikan catatan keuangan suatu entitas agar sesuai dengan prinsip akuntansi berbasis akrual. Ini terutama penting dalam konteks pembukuan bulanan atau tahunan, di mana transaksi keuangan mungkin terjadi tetapi belum dicatat secara lengkap pada akhir periode pelaporan. Metode ini melibatkan penyesuaian pendapatan dan biaya untuk mencerminkan transaksi yang telah terjadi tetapi belum dicatat.
  3. Metode Penyusutan: Metode ini digunakan untuk mengakui biaya penyusutan aset tetap selama masa pakai mereka. Dalam akuntansi berbasis akrual, biaya penyusutan diakui sebagai biaya operasional pada saat aset tersebut digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Terdapat beberapa metode penyusutan yang umum digunakan, seperti metode garis lurus dan metode saldo menurun.
  4. Metode Penyisihan Piutang Tak Tertagih: Dalam kasus di mana sebuah perusahaan memiliki piutang yang tidak dapat dipulihkan, metode ini digunakan untuk mengakui kerugian tersebut. Piutang yang dianggap tidak tertagih akan disisihkan dari aset piutang, dan kerugian tersebut diakui sebagai biaya pada laporan laba rugi. Ini mencerminkan prinsip konservatisme dalam akuntansi berbasis akrual.
  5. Metode Pengakuan Pendapatan Menyusul: Metode ini digunakan dalam situasi di mana pendapatan diakui setelah layanan atau barang disediakan kepada pelanggan. Misalnya, dalam kontrak jangka panjang, pendapatan mungkin diakui seiring dengan kemajuan proyek atau pengiriman barang.

Setiap metode tersebut memiliki peran penting dalam memastikan bahwa catatan keuangan suatu entitas mencerminkan dengan akurat transaksi keuangan yang terjadi. Dengan menggunakan metode-metode ini secara tepat, entitas dapat menghasilkan laporan keuangan yang akurat dan dapat dipercaya, yang membantu pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan yang tepat.

3. Jenis-jenis Akuntansi Berbasis Akrual

Dalam praktiknya, akuntansi berbasis akrual memiliki beberapa jenis atau bidang khusus yang mencakup berbagai aspek keuangan dan operasional suatu entitas. Berikut adalah beberapa jenis utama dari akuntansi berbasis akrual:

  1. Akuntansi Keuangan: Ini adalah jenis akuntansi yang paling umum dikenal dan digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dan organisasi publik. Akuntansi keuangan mencakup proses pencatatan, pelaporan, dan analisis keuangan suatu entitas. Ini mencakup penyusunan laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
  2. Akuntansi Manajemen: Akuntansi manajemen fokus pada penggunaan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan internal di dalam organisasi. Ini termasuk perencanaan anggaran, analisis biaya, evaluasi kinerja, dan pengambilan keputusan investasi. Tujuan utamanya adalah untuk membantu manajemen dalam merencanakan, mengendalikan, dan mengoptimalkan sumber daya organisasi.
  3. Akuntansi Pajak: Akuntansi pajak melibatkan pemantauan, perhitungan, dan pelaporan pajak yang dikenakan pada suatu entitas. Ini mencakup pemenuhan kewajiban pajak seperti pajak penghasilan, pajak penjualan, dan pajak properti. Akuntansi pajak juga melibatkan perencanaan pajak untuk meminimalkan beban pajak secara legal.
  4. Akuntansi Asuransi: Akuntansi asuransi adalah jenis akuntansi yang khusus untuk perusahaan asuransi. Ini melibatkan pengakuan premi asuransi, penilaian risiko, pengelolaan cadangan klaim, dan penilaian liabilitas asuransi. Tujuannya adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang akurat dan relevan tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi.
  5. Akuntansi Investasi: Akuntansi investasi berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan investasi yang dimiliki oleh suatu entitas. Ini termasuk investasi dalam saham, obligasi, real estat, dan instrumen keuangan lainnya. Tujuannya adalah untuk memantau kinerja portofolio investasi dan menyediakan informasi tentang nilai investasi kepada pemangku kepentingan.
  6. Akuntansi Nonprofit: Akuntansi nonprofit berfokus pada organisasi nirlaba atau pemerintah yang tidak bertujuan mencari keuntungan. Ini mencakup pencatatan dan pelaporan pendapatan sumbangan, dana hibah, dan penggunaan dana untuk tujuan tertentu yang berkaitan dengan misi organisasi. Tujuannya adalah untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan sumber daya.

Setiap jenis akuntansi berbasis akrual memiliki peran dan tujuan khusus dalam membantu entitas mengelola keuangan mereka dengan efektif dan transparan. Dengan menggunakan informasi yang dihasilkan oleh jenis-jenis akuntansi ini, pemangku kepentingan dapat membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi tentang arah dan kesehatan keuangan suatu entitas.

Mau jadi Product Manager? Baca panduan lengkap Product Manager berikut.

4. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual dalam Pendapatan

Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam pendapatan melibatkan pengakuan pendapatan pada saat pendapatan tersebut “diperoleh”, bukan hanya pada saat uang diterima. Pendapatan dianggap diperoleh ketika barang atau layanan telah disediakan kepada pelanggan dan entitas memiliki hak atas pembayaran, bahkan jika pembayaran belum diterima atau terjadi penundaan pembayaran. Berikut adalah langkah-langkah yang umum dalam penerapan akuntansi berbasis akrual dalam pendapatan:

  1. Identifikasi Pendapatan: Langkah pertama adalah mengidentifikasi pendapatan yang dihasilkan oleh entitas. Pendapatan dapat berasal dari penjualan barang, penyediaan layanan, royalti, bunga, atau bentuk penghasilan lainnya.
  2. Pengakuan Pendapatan: Pendapatan diakui ketika barang atau layanan telah disediakan kepada pelanggan dan entitas memiliki hak atas pembayaran. Ini berarti bahwa pendapatan diakui pada saat transaksi yang relevan terjadi, bukan hanya pada saat pembayaran diterima. Misalnya, dalam penjualan barang, pendapatan diakui pada saat barang tersebut diserahkan kepada pembeli.
  3. Penentuan Nilai Pendapatan: Nilai pendapatan yang diakui harus mencerminkan jumlah yang diharapkan diterima entitas sebagai imbalan atas barang atau layanan yang disediakan. Jika pembayaran dilakukan dalam bentuk selain uang tunai, seperti piutang atau persediaan, nilai pendapatan diukur dengan nilai wajar dari imbalan yang diterima.
  4. Penyesuaian Pendapatan: Dalam beberapa kasus, penyesuaian pendapatan mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa pendapatan diakui secara tepat. Misalnya, jika terdapat keraguan tentang kemampuan entitas untuk mengumpulkan piutang, maka kerugian atas piutang tak tertagih harus diakui sebagai biaya, dan pendapatan harus disesuaikan sesuai.
  5. Pelaporan Pendapatan: Setelah pendapatan diakui, langkah terakhir adalah melaporkan pendapatan tersebut dalam laporan keuangan. Pendapatan biasanya dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai bagian dari pendapatan operasional, dan nilai pendapatan bersih (setelah dikurangi biaya) mencerminkan kinerja keuangan entitas dalam menghasilkan pendapatan.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam pendapatan memungkinkan entitas untuk menyajikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja keuangan mereka, karena pendapatan diakui pada saat transaksi terjadi, bukan hanya pada saat pembayaran diterima. Hal ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi tentang kesehatan keuangan entitas.

5. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual dalam Biaya dan Beban

Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam biaya dan beban melibatkan pengakuan biaya dan beban pada saat biaya tersebut “dikeluarkan” atau barang atau layanan yang terkait diterima, bukan hanya pada saat pembayaran dilakukan. Ini memastikan bahwa entitas mencatat biaya secara tepat waktu dan mencerminkan penggunaan sumber daya yang sebenarnya. Berikut adalah langkah-langkah yang umum dalam penerapan akuntansi berbasis akrual dalam biaya dan beban:

  1. Identifikasi Biaya dan Beban: Langkah pertama adalah mengidentifikasi biaya dan beban yang timbul dari operasi suatu entitas. Biaya dan beban dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk biaya produksi, biaya administrasi, biaya penjualan, dan biaya non-operasional lainnya.
  2. Pengakuan Biaya dan Beban: Biaya dan beban diakui ketika barang atau layanan yang terkait telah diterima atau digunakan oleh entitas. Misalnya, biaya produksi diakui pada saat bahan baku atau tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan barang jadi, bukan hanya pada saat pembayaran dilakukan.
  3. Penentuan Nilai Biaya dan Beban: Nilai biaya dan beban yang diakui harus mencerminkan jumlah yang sebenarnya dikeluarkan atau nilai barang atau layanan yang diterima. Ini melibatkan penilaian nilai wajar dari barang atau layanan yang diterima, bahkan jika pembayaran belum dilakukan sepenuhnya.
  4. Penyesuaian Biaya dan Beban: Dalam beberapa kasus, penyesuaian biaya dan beban mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa biaya dan beban diakui secara tepat. Misalnya, jika terdapat biaya yang terkait dengan periode akuntansi tertentu tetapi belum dibayar atau tercatat, maka biaya tersebut harus diakui dan dicatat dalam laporan keuangan.
  5. Pelaporan Biaya dan Beban: Setelah biaya dan beban diakui, langkah terakhir adalah melaporkan biaya dan beban tersebut dalam laporan keuangan. Biaya biasanya dilaporkan dalam laporan laba rugi sebagai bagian dari biaya operasional atau biaya non-operasional, tergantung pada sifatnya.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam biaya dan beban memungkinkan entitas untuk menyajikan gambaran yang lebih akurat tentang kinerja keuangan mereka, karena biaya dan beban diakui pada saat barang atau layanan terkait diterima atau digunakan, bukan hanya pada saat pembayaran dilakukan. Hal ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih terinformasi tentang kesehatan keuangan entitas.

6. Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual dalam Aktiva dan Kewajiban

Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam aktivitas dan kewajiban melibatkan pengakuan aset dan kewajiban pada saat transaksi terjadi, bukan hanya pada saat uang berpindah tangan. Ini memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan secara akurat posisi keuangan suatu entitas pada suatu titik waktu tertentu. Berikut adalah langkah-langkah yang umum dalam penerapan akuntansi berbasis akrual dalam aset dan kewajiban:

  1. Identifikasi Aktiva dan Kewajiban: Langkah pertama adalah mengidentifikasi aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh suatu entitas. Aktiva dapat berupa kas, piutang, persediaan, properti, peralatan, dan investasi, sedangkan kewajiban dapat berupa utang dagang, utang pajak, dan utang lainnya.
  2. Pengakuan Aktiva dan Kewajiban: Aktiva diakui ketika entitas memiliki kendali atas manfaat ekonomi yang terkait dengan aset tersebut, dan manfaat ekonomi diharapkan akan mengalir ke entitas. Kewajiban diakui ketika entitas memiliki kewajiban hukum atau kontraktual untuk mentransfer manfaat ekonomi di masa mendatang sebagai akibat dari transaksi yang telah terjadi.
  3. Penilaian Nilai Aktiva dan Kewajiban: Nilai aktiva dan kewajiban yang diakui harus mencerminkan nilai yang sebenarnya atau nilai wajar dari aset atau kewajiban tersebut. Ini melibatkan penilaian berbagai faktor, termasuk harga pasar, nilai tercatat, dan nilai waktu dari uang.
  4. Penyesuaian Nilai Aktiva dan Kewajiban: Dalam beberapa kasus, penyesuaian nilai aktiva dan kewajiban mungkin diperlukan untuk mencerminkan nilai yang adil atau nilai pasar saat ini. Misalnya, jika nilai pasar dari aset tertentu turun di bawah nilai tercatatnya, entitas harus melakukan penurunan nilai (impairment) untuk mencerminkan penurunan nilai tersebut.
  5. Pelaporan Aktiva dan Kewajiban: Setelah aktiva dan kewajiban diakui dan dinilai, langkah terakhir adalah melaporkan aktiva dan kewajiban tersebut dalam laporan keuangan. Aktiva biasanya dilaporkan dalam neraca sebagai aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya, sedangkan kewajiban dilaporkan sebagai utang lancar, utang jangka panjang, dan kewajiban lainnya.

Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam aktiva dan kewajiban memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan secara akurat posisi keuangan suatu entitas pada suatu titik waktu tertentu. Ini membantu pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan yang tepat dan memberikan gambaran yang lengkap tentang kesehatan keuangan entitas.

7. Manfaat dan Tantangan Akuntansi Berbasis Akrual

Akuntansi berbasis akrual memiliki manfaat yang signifikan, tetapi juga menimbulkan tantangan tertentu. Berikut adalah beberapa manfaat dan tantangan utama dari penggunaan akuntansi berbasis akrual:

Manfaat
  1. Akurasi Laporan Keuangan: Akuntansi berbasis akrual menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat karena mencatat transaksi pada saat mereka terjadi, bukan hanya saat uang berpindah tangan. Ini memberikan gambaran yang lebih tepat tentang kesehatan keuangan suatu entitas.
  2. Informasi Lebih Relevan: Dengan mencatat pendapatan dan biaya pada saat mereka terjadi, akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang lebih relevan tentang kinerja keuangan suatu entitas. Ini membantu pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan yang lebih baik.
  3. Pemantauan Arus Kas yang Lebih Baik: Meskipun pendapatan dan biaya diakui berdasarkan prinsip akrual, akuntansi berbasis akrual juga memungkinkan entitas untuk memantau arus kas dengan lebih baik. Ini karena entitas dapat melacak piutang, utang, dan transaksi lainnya yang mempengaruhi arus kas di masa depan.
  4. Kepatuhan dengan Standar Akuntansi: Banyak standar akuntansi internasional dan nasional mendorong atau mewajibkan penggunaan akuntansi berbasis akrual. Dengan menerapkan akuntansi berbasis akrual, entitas dapat memastikan bahwa mereka mematuhi standar akuntansi yang berlaku.
Tantangan
  1. Kompleksitas Pelaporan: Penggunaan akuntansi berbasis akrual sering kali lebih kompleks daripada menggunakan metode kas, terutama karena melibatkan penyesuaian untuk menyesuaikan transaksi yang belum dicatat. Hal ini dapat membutuhkan pemahaman yang kuat tentang konsep akuntansi dan analisis yang cermat.
  2. Kewajiban Pemantauan Utang: Dengan mengakui utang pada saat mereka terjadi, entitas harus memantau dan mengelola utang dengan hati-hati untuk memastikan pembayaran tepat waktu dan menghindari masalah likuiditas. Ini membutuhkan manajemen kas yang baik dan perencanaan keuangan yang matang.
  3. Kesulitan dalam Penilaian Nilai: Penilaian nilai wajar dari aset dan kewajiban dapat menjadi tantangan dalam akuntansi berbasis akrual, terutama jika terjadi fluktuasi nilai pasar. Penentuan nilai yang adil memerlukan analisis yang teliti dan kadang-kadang dapat memunculkan subjektivitas.
  4. Kesulitan Penyesuaian: Terkadang, entitas mengalami kesulitan dalam menyesuaikan transaksi untuk mencerminkan prinsip akrual, terutama dalam konteks entitas kecil atau bisnis yang baru berkembang. Ini memerlukan pemahaman yang baik tentang konsep akuntansi dan pengelolaan yang efektif.

Meskipun akuntansi berbasis akrual memiliki tantangan tertentu, manfaatnya dalam menyediakan informasi keuangan yang akurat dan relevan sering kali melebihi kerumitannya. Dengan pemahaman yang tepat dan pengelolaan yang baik, entitas dapat memanfaatkan potensi akuntansi berbasis akrual untuk mendukung pertumbuhan dan keberhasilan jangka panjang mereka.

8. Kelebihan dan Kekurangan Akuntansi Berbasis Akrual

mari kita bahas kelebihan dan kekurangan dari akuntansi berbasis akrual secara lengkap:

Kelebihan Akuntansi Berbasis Akrual
  1. Akurasi Laporan Keuangan: Akuntansi berbasis akrual memberikan gambaran yang lebih akurat tentang posisi keuangan suatu entitas karena mencatat transaksi pada saat mereka terjadi, bukan hanya pada saat uang berpindah tangan. Hal ini memungkinkan pemangku kepentingan untuk membuat keputusan yang lebih tepat.
  2. Informasi Lebih Relevan: Dengan mencatat pendapatan dan biaya pada saat mereka terjadi, akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang lebih relevan tentang kinerja keuangan suatu entitas. Ini membantu manajemen dalam pemantauan kinerja dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
  3. Pemantauan Arus Kas yang Lebih Baik: Meskipun akuntansi berbasis akrual mengakui pendapatan dan biaya berdasarkan prinsip akrual, entitas masih dapat melacak arus kas dengan baik. Ini karena mereka juga memantau piutang, utang, dan transaksi lain yang mempengaruhi arus kas di masa depan.
  4. Kepatuhan dengan Standar Akuntansi: Banyak standar akuntansi internasional dan nasional mendorong atau mewajibkan penggunaan akuntansi berbasis akrual. Dengan menerapkan akuntansi berbasis akrual, entitas dapat memastikan bahwa mereka mematuhi standar akuntansi yang berlaku.
Kekurangan Akuntansi Berbasis Akrual
  1. Kompleksitas Pelaporan: Akuntansi berbasis akrual seringkali lebih kompleks daripada menggunakan metode kas karena melibatkan penyesuaian untuk menyesuaikan transaksi yang belum dicatat. Hal ini memerlukan pemahaman yang kuat tentang konsep akuntansi dan analisis yang cermat.
  2. Kesulitan dalam Penilaian Nilai: Penilaian nilai wajar dari aset dan kewajiban dapat menjadi tantangan dalam akuntansi berbasis akrual, terutama jika terjadi fluktuasi nilai pasar. Penentuan nilai yang adil memerlukan analisis yang teliti dan kadang-kadang dapat memunculkan subjektivitas.
  3. Kesulitan Penyesuaian: Terkadang, entitas mengalami kesulitan dalam menyesuaikan transaksi untuk mencerminkan prinsip akrual, terutama dalam konteks entitas kecil atau bisnis yang baru berkembang. Ini memerlukan pemahaman yang baik tentang konsep akuntansi dan pengelolaan yang efektif.
  4. Kewajiban Pemantauan Utang: Dengan mengakui utang pada saat mereka terjadi, entitas harus memantau dan mengelola utang dengan hati-hati untuk memastikan pembayaran tepat waktu dan menghindari masalah likuiditas. Ini membutuhkan manajemen kas yang baik dan perencanaan keuangan yang matang.

Mau jago Microsoft Excel? Simak panduan lengkap Excel di sini.

Meskipun akuntansi berbasis akrual memiliki beberapa kekurangan, manfaatnya dalam menyediakan informasi keuangan yang akurat dan relevan sering kali melebihi kerumitannya. Dengan pemahaman yang tepat dan pengelolaan yang baik, entitas dapat memanfaatkan potensi akuntansi berbasis akrual untuk mendukung pertumbuhan dan keberhasilan jangka panjang mereka.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di MySkill