Ketahui Cara Menghitung Payback Period pada Studi Kelayakan Bisnis

1. Pengertian Payback Period

Payback Period adalah metode sederhana untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali investasi awal dalam suatu proyek atau bisnis. Ini adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam studi kelayakan bisnis untuk mengevaluasi tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi. Berikut adalah langkah-langkah lengkap untuk menghitung Payback Period:

Langkah 1: Tentukan Investasi Awal

Pertama-tama, Anda perlu menentukan jumlah investasi awal yang dibutuhkan untuk memulai proyek atau bisnis. Investasi awal ini dapat mencakup biaya pembelian peralatan, biaya pengembangan produk, biaya pemasaran awal, biaya overhead, dan biaya lainnya yang terkait dengan memulai bisnis.

Langkah 2: Hitung Arus Kas Bersih

Selanjutnya, Anda perlu memperkirakan arus kas bersih yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis selama periode waktu tertentu. Arus kas bersih adalah selisih antara penerimaan kas (pendapatan) dan pengeluaran kas (biaya) selama periode waktu tertentu. Periode waktu ini biasanya dipilih sesuai dengan estimasi masa pakai proyek atau bisnis tersebut.

Langkah 3: Tentukan Periode Pengembalian

Setelah Anda memiliki proyeksi arus kas bersih, Anda perlu menentukan periode pengembalian yang diinginkan. Ini adalah jumlah tahun yang diharapkan untuk mendapatkan kembali investasi awal. Periode ini dapat ditentukan berdasarkan kebijakan perusahaan, tingkat risiko proyek, atau faktor-faktor lainnya.

Langkah 4: Hitung Payback Period

Payback Period adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi awal dari arus kas bersih yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis. Untuk menghitungnya, Anda perlu menambahkan arus kas bersih dari setiap periode hingga jumlah tersebut melebihi investasi awal.

2. Pengertian Payback Period Menurut Para Ahli

Payback Period, atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Periode Pengembalian, adalah sebuah metode analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi awal dari suatu proyek atau bisnis dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan. Para ahli keuangan dan manajemen telah memberikan berbagai definisi dan pandangan tentang konsep Payback Period. Berikut adalah beberapa pengertian Payback Period menurut para ahli:

1. Investopedia

Menurut Investopedia, Payback Period adalah “periode waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali modal awal yang diinvestasikan dalam suatu proyek atau bisnis.” Dalam konteks ini, Investopedia menekankan bahwa Payback Period merupakan ukuran sederhana untuk mengevaluasi tingkat likuiditas atau kecepatan pengembalian investasi.

2. Harvard Business Review

Menurut Harvard Business Review, Payback Period adalah “jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali biaya awal suatu investasi melalui arus kas yang dihasilkan oleh investasi tersebut.” Dalam pandangan HBR, Payback Period dapat menjadi alat yang berguna untuk mengukur risiko suatu investasi karena menggambarkan seberapa cepat modal awal dapat dikembalikan.

3. Aswath Damodaran

Profesor Aswath Damodaran, seorang pakar dalam penilaian keuangan, mendefinisikan Payback Period sebagai “waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi awal dalam sebuah proyek.” Namun, Damodaran juga menyoroti keterbatasan Payback Period sebagai metode evaluasi yang tidak memperhitungkan nilai waktu dari arus kas di masa depan.

4. AccountingTools

Menurut AccountingTools, Payback Period adalah “waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi dalam bentuk arus kas.” Dalam pengertian ini, AccountingTools menyoroti pentingnya fokus pada arus kas yang dihasilkan oleh investasi untuk mengevaluasi tingkat pengembalian.

5. Financial Management: Principles and Applications

Dalam buku “Financial Management: Principles and Applications” oleh Sheridan Titman dan Arthur J. Keown, Payback Period didefinisikan sebagai “jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi awal dari arus kas yang dihasilkan oleh investasi tersebut.” Mereka juga menekankan pentingnya membandingkan Payback Period dengan periode pengembalian yang diinginkan atau standar perusahaan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Payback Period

Payback Period adalah alat evaluasi investasi yang sederhana dan sering digunakan, tetapi juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang perlu dipertimbangkan dengan cermat sebelum digunakan dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang kelebihan dan kelemahan Payback Period:

Kelebihan Payback Period
  1. Sederhana dan Mudah Dipahami: Salah satu kelebihan utama dari Payback Period adalah kesederhanaan dan kemudahan pemahamannya. Konsep waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali investasi awal mudah dipahami oleh berbagai pihak, termasuk manajer non-keuangan.
  2. Fokus pada Likuiditas: Payback Period membantu mengukur likuiditas investasi dengan menekankan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali modal awal. Ini memungkinkan manajer untuk mengevaluasi tingkat risiko dan likuiditas suatu proyek atau bisnis.
  3. Penggunaan dalam Proyek dengan Siklus Hidup Pendek: Payback Period lebih cocok untuk proyek atau bisnis dengan siklus hidup pendek, di mana perhatian utama adalah pada pengembalian modal secepat mungkin.
Kelemahan Payback Period
  1. Tidak Memperhitungkan Nilai Waktu dari Arus Kas: Salah satu kelemahan utama dari Payback Period adalah bahwa metode ini tidak memperhitungkan nilai waktu dari arus kas di masa depan. Semua arus kas dianggap sama pentingnya, tanpa mempertimbangkan nilai uang di masa depan.
  2. Tidak Memperhitungkan Tingkat Pengembalian yang Akurat: Payback Period tidak memperhitungkan tingkat pengembalian yang akurat dari investasi. Dalam beberapa kasus, proyek dengan Payback Period yang lebih singkat mungkin memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan dengan proyek dengan Payback Period yang lebih panjang.
  3. Tidak Cocok untuk Proyek Skala Besar: Payback Period kurang cocok untuk proyek skala besar yang melibatkan arus kas yang kompleks dan jangka waktu yang panjang. Metode ini tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang nilai investasi dalam jangka panjang.
  4. Tidak Memperhitungkan Arus Kas Setelah Periode Pengembalian: Payback Period tidak memperhitungkan arus kas yang terjadi setelah periode pengembalian modal. Hal ini menyebabkan tidak adanya pertimbangan terhadap nilai investasi dalam jangka panjang.

Mau jadi Product Manager? Baca panduan lengkap Product Manager berikut.

4. Indikator Payback Period

Indikator Payback Period adalah metode evaluasi keuangan yang digunakan untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi awal dari suatu proyek atau bisnis dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan. Ini adalah salah satu metode yang paling sederhana dan mudah dipahami dalam analisis investasi. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang indikator Payback Period:

Konsep Payback Period

Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali investasi awal dari arus kas yang dihasilkan oleh suatu proyek atau bisnis. Secara umum, semakin pendek Payback Period, semakin cepat investasi awal akan kembali. Payback Period dihitung dengan menambahkan arus kas bersih dari proyek tersebut hingga jumlah tersebut melebihi investasi awal.

Cara Menghitung Payback Period
  1. Tentukan Investasi Awal: Pertama-tama, tentukan jumlah investasi awal yang dibutuhkan untuk memulai proyek atau bisnis.
  2. Hitung Arus Kas Bersih: Selanjutnya, hitung arus kas bersih yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis selama periode waktu tertentu. Arus kas bersih adalah selisih antara penerimaan kas (pendapatan) dan pengeluaran kas (biaya).
  3. Tentukan Periode Pengembalian: Setelah memiliki proyeksi arus kas bersih, tentukan periode pengembalian yang diinginkan atau standar perusahaan.
  4. Hitung Payback Period: Payback Period dihitung dengan menambahkan arus kas bersih dari setiap periode hingga jumlah tersebut melebihi investasi awal.
Interpretasi Payback Period
  • Semakin pendek Payback Period, semakin cepat investasi awal akan kembali.
  • Payback Period yang lebih pendek menunjukkan tingkat likuiditas yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah.
  • Sebaliknya, Payback Period yang lebih panjang menunjukkan risiko yang lebih tinggi dan tingkat likuiditas yang lebih rendah.
Kelebihan Indikator Payback Period
  • Kesederhanaan dan Kemudahan Pemahaman: Payback Period mudah dipahami oleh berbagai pihak, termasuk manajer non-keuangan.
  • Fokus pada Likuiditas: Metode ini membantu mengevaluasi tingkat risiko dan likuiditas suatu proyek atau bisnis.
Kelemahan Indikator Payback Period
  • Tidak Memperhitungkan Nilai Waktu dari Arus Kas: Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari arus kas di masa depan.
  • Tidak Memperhitungkan Tingkat Pengembalian yang Akurat: Tidak memperhitungkan tingkat pengembalian yang akurat dari investasi.
  • Tidak Cocok untuk Proyek Skala Besar: Kurang cocok untuk proyek skala besar dengan arus kas yang kompleks dan jangka waktu yang panjang.

5. Rumus Payback Period

berikut adalah rumus lengkap untuk menghitung Payback Period:

Rumus Payback Period:

Payback Period dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Payback Period= Tahun sebelumnya+(Investasi Awal−Kumulatif Arus Kas Bersih pada Tahun Sebelumnya/Arus Kas Bersih pada Tahun Ini)

Di mana:

  • Tahun sebelumnya: Periode waktu sebelum tahun ini.
  • Investasi Awal: Jumlah uang yang diinvestasikan untuk memulai proyek atau bisnis.
  • Kumulatif Arus Kas Bersih pada Tahun Sebelumnya: Total arus kas bersih pada tahun-tahun sebelumnya.
  • Arus Kas Bersih pada Tahun Ini: Arus kas bersih yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis pada tahun ini.

Contoh Penggunaan Rumus:

Misalkan Anda memiliki proyek dengan investasi awal sebesar $50.000. Setiap tahunnya, proyek tersebut menghasilkan arus kas bersih sebagai berikut:

  • Tahun 1: $15.000
  • Tahun 2: $20.000
  • Tahun 3: $25.000
  • Tahun 4: $30.000
  • Tahun 5: $35.000

Anda ingin menghitung Payback Period untuk proyek tersebut. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  1. Hitung Kumulatif Arus Kas Bersih pada Tahun Sebelumnya:
    • Tahun 1: $15.000
    • Tahun 2: $15.000 + $20.000 = $35.000
    • Tahun 3: $35.000 + $25.000 = $60.000
    • Tahun 4: $60.000 + $30.000 = $90.000
    • Tahun 5: $90.000 + $35.000 = $125.000
  2. Tentukan Tahun Sebelumnya dan Arus Kas Bersih pada Tahun Ini:
    • Tahun Sebelumnya: Tahun 3
    • Arus Kas Bersih pada Tahun Ini: $35.000
  3. Hitung Payback Period:
    • Payback Period = Tahun Sebelumnya + (Investasi Awal−Kumulatif Arus Kas Bersih pada Tahun SebelumnyaArus Kas Bersih pada Tahun Ini)(Arus Kas Bersih pada Tahun IniInvestasi Awal−Kumulatif Arus Kas Bersih pada Tahun Sebelumnya​)
    • Payback Period = 3 + (50.000−60.000/35.000)
    • Payback Period = 3 + (10.000/35.000)
    • Payback Period ≈ 3 + 0,29 ≈ 3,29 tahun

Jadi, Payback Period untuk proyek tersebut adalah sekitar 3,29 tahun.

Mau jadi Akuntan, Pajak atau Auditor? Baca panduan lengkap Akuntansi, Pajak dan Audit di sini.

6. Penerapan Payback Period dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Penerapan Payback Period dalam pengambilan keputusan investasi melibatkan penggunaan metode ini sebagai salah satu alat evaluasi untuk mengevaluasi proyek atau bisnis yang akan diinvestasikan. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang bagaimana Payback Period diterapkan dalam pengambilan keputusan investasi:

1. Identifikasi Proyek atau Bisnis yang Akan Dinilai

Langkah pertama adalah mengidentifikasi proyek atau bisnis yang akan dinilai untuk investasi. Proyek atau bisnis ini bisa beragam, mulai dari proyek pengembangan produk baru hingga investasi dalam teknologi baru atau ekspansi usaha.

2. Tentukan Investasi Awal

Selanjutnya, tentukan jumlah investasi awal yang diperlukan untuk memulai proyek atau bisnis tersebut. Investasi awal ini mencakup biaya pembelian aset, biaya pengembangan, biaya pemasaran awal, dan biaya lainnya yang terkait dengan memulai proyek atau bisnis.

3. Proyeksikan Arus Kas Bersih

Buat proyeksi arus kas bersih yang diharapkan dari proyek atau bisnis selama periode waktu tertentu, biasanya dalam beberapa tahun ke depan. Arus kas bersih adalah selisih antara penerimaan kas (pendapatan) dan pengeluaran kas (biaya) selama periode waktu tersebut.

4. Hitung Payback Period

Setelah memiliki proyeksi arus kas bersih, hitung Payback Period dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya. Hitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali investasi awal dari arus kas bersih yang dihasilkan oleh proyek atau bisnis tersebut.

5. Evaluasi Payback Period

Evaluasi hasil Payback Period dan bandingkan dengan kriteria atau standar perusahaan. Jika Payback Period kurang dari periode yang diinginkan atau standar yang ditetapkan, maka investasi tersebut mungkin layak untuk dilakukan. Namun, jika Payback Period melebihi periode yang diinginkan, maka proyek atau bisnis tersebut mungkin tidak sesuai dengan tujuan investasi perusahaan.

6. Bandingkan dengan Metode Evaluasi Lainnya

Sebagai langkah tambahan, bandingkan hasil Payback Period dengan metode evaluasi keuangan lainnya seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), atau Profitability Index (PI). Hal ini membantu memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang potensi keberhasilan investasi dan menghindari bias yang mungkin timbul dari menggunakan satu metode evaluasi saja.

7. Ambil Keputusan Investasi

Berdasarkan evaluasi hasil Payback Period dan metode evaluasi lainnya, ambil keputusan investasi yang tepat. Jika proyek atau bisnis memenuhi kriteria dan standar yang ditetapkan, maka lanjutkan dengan investasi. Namun, jika tidak, pertimbangkan untuk meninjau kembali rencana investasi atau mencari alternatif lainnya.

Tertarik jadi Data Analyst? Baca panduan lengkap Data Analysis ini.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di MySkill