Apa Itu Story Point dalam Agile? Hal yang Perlu Diperhatikan, Contoh & Cara Membuat

Story Point adalah unit yang digunakan dalam Agile untuk memperkirakan upaya yang diperlukan untuk menyelesaikan item dalam Product Backlog. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa itu Story Point, siapa yang membuat estimasi Story Point, mengapa kita harus menggunakannya, memberikan contoh penggunaan Story Point, dan bagaimana cara membuat estimasi menggunakan Story Point dalam praktik Agile.

Apa Itu Story Point?

Story Point adalah ukuran relatif yang digunakan dalam Agile untuk mengukur upaya dan kompleksitas yang terlibat dalam menyelesaikan sebuah tugas atau user story dalam pengembangan perangkat lunak. Ini adalah cara untuk membandingkan berbagai tugas berdasarkan kerumitan relatif mereka daripada mengukur waktu secara langsung. Story Point membantu tim Agile dalam perencanaan sprint dan menentukan seberapa banyak pekerjaan yang dapat diambil dalam iterasi tertentu.

Mau lancar Bahasa Inggris? Baca panduan lengkap bahasa Inggris, TOEFL, IETLS & Beasiswa ini.

Siapa yang Membuat Estimasi Story Point?

Estimasi Story Point adalah kolaborasi tim. Dalam praktik Agile, semua anggota tim, termasuk pengembang, tester, pemilik produk, dan lainnya, berpartisipasi dalam estimasi. Ini sering dilakukan dalam pertemuan Estimasi Story Point atau pertemuan perencanaan sprint. Tim memberikan estimasi berdasarkan pemahaman mereka tentang tugas atau user story yang akan dikerjakan.

Mau jadi Digital Marketer? Baca panduan lengkap Digital Marketing berikut.

Mengapa Harus Menggunakan Story Point?

Penggunaan Story Point dalam Agile memiliki beberapa manfaat:

  1. Relatif daripada absolut: Story Point mengukur kerumitan relatif daripada waktu yang dihabiskan. Ini lebih efektif karena fokus pada perbandingan tugas daripada memprediksi waktu dengan presisi.
  2. Kolaborasi tim: Estimasi Story Point melibatkan seluruh tim, mendorong kolaborasi dan pemahaman yang lebih baik tentang pekerjaan yang akan datang.
  3. Fleksibilitas perencanaan: Story Point memungkinkan tim untuk lebih fleksibel dalam perencanaan sprint. Mereka dapat memilih tugas yang sesuai dengan kapasitas mereka dalam iterasi tertentu.
  4. Menghindari tekanan waktu: Dengan tidak fokus pada estimasi waktu yang sangat spesifik, tim dapat menghindari tekanan waktu yang dapat mengganggu produktivitas.
  5. Perbaikan seiring waktu: Story Point membantu tim dalam melacak dan meningkatkan kecepatan pengembangan mereka dari iterasi ke iterasi.

Tertarik jadi Data Analyst? Baca panduan lengkap Data Analysis ini.

Contoh Story Point

Misalkan tim pengembangan bekerja pada dua user story: “Mengintegrasikan sistem pembayaran” dan “Menambahkan fitur keranjang belanja”. Tim dapat memberikan estimasi Story Point untuk masing-masing user story. Mungkin mereka memberikan 8 Story Point untuk “Mengintegrasikan sistem pembayaran” karena itu adalah pekerjaan yang kompleks, sementara “Menambahkan fitur keranjang belanja” hanya mendapatkan 3 Story Point karena lebih sederhana.

Mau jadi UI-UX Designer? Cek panduan lengkap UI-UX Design berikut.

Bagaimana Cara Membuat Estimasi Story Point?

Membuat estimasi Story Point melibatkan beberapa langkah:

  1. Pemahaman User Story: Tim perlu memahami sepenuhnya apa yang diperlukan untuk menyelesaikan user story. Ini melibatkan diskusi dan klarifikasi dengan pemilik produk jika diperlukan.
  2. Perbandingan: Tim membandingkan user story yang akan dikerjakan dengan yang telah mereka kerjakan sebelumnya. Mereka dapat menggunakan user story sebelumnya sebagai tolok ukur.
  3. Memberikan Estimasi: Setelah perbandingan, tim memberikan estimasi dalam bentuk Story Point. Estimasi dapat berupa angka-angka seperti 1, 2, 3, 5, 8, 13, dan seterusnya. Estimasi ini mencerminkan kerumitan relatif user story.
  4. Diskusi: Diskusi lanjutan dapat terjadi jika ada perbedaan estimasi di antara anggota tim. Diskusi ini membantu pemahaman bersama dan akhirnya menghasilkan konsensus dalam estimasi.
  5. Pemantauan dan Pembelajaran: Setelah user story selesai dikerjakan, tim memantau seberapa akurat estimasi mereka. Ini membantu mereka untuk belajar dan meningkatkan estimasi mereka dari waktu ke waktu.

Mau jadi Sales atau Business Development? Baca panduan lengkap Sales & Business Development berikut

Kesimpulan

Story Point adalah alat penting dalam Agile yang digunakan untuk memperkirakan upaya dan kompleksitas dalam pengembangan perangkat lunak. Dengan melibatkan seluruh tim dalam proses estimasi, Story Point membantu tim untuk merencanakan sprint, menghindari tekanan waktu, dan meningkatkan pemahaman tentang kerumitan tugas. Dengan pendekatan relatif ini, Agile memungkinkan fleksibilitas dan kolaborasi yang kuat dalam pengembangan perangkat lunak.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di MySkill