5 Realita Bekerja di Startup, Jangan Termakan Mitos!

Kemunculan perusahaan rintisan atau startup akhir-akhir ini membuat banyak anak muda yang bermimpi bekerja di sana. Meski demikian, tidak sedikit yang ragu karena isu-isu yang beredar. Padahal, realita bekerja di startup tidaklah seperti mitos yang ada.

Nah, kali ini, MySkill mau membagikanmu sejumlah mitos dan realita bekerja di startup. Ada apa saja, ya? Simak penjelasannya berikut ini, yuk!

1. Mitos Pertama: “Jam Kerjanya Lebih dari 80 Jam/Minggu

5 Realita Bekerja di Startup, Jangan Termakan Mitos!
Jam kerja di startup nyatanya lebih fleksibel

Banyak yang mengira kalau berkarier di startup berarti harus bekerja dari pagi sampai pagi lagi. Memang, pada awal membangun startup, butuh yang namanya kerja keras. Alhasil, ini berdampak pada jam kerja yang tidak normal. Namun, itu tidak sepenuhnya benar.

Pada kenyataannya, jam kerja di startup sangatlah fleksibel dan manusiawi. Hal ini karena perusahaan rintisan umumnya memiliki sistem kerja kekeluargaan.

Di samping itu, visi yang sama dan rasa saling memiliki membuat masing-masing pekerja punya inisiatif yang tinggi. Maka dari itu, perlu kamu ingat, kalaupun ada yang masih bekerja sampai larut malam, itu bukan karena tuntutan perusahaan, melainkan atas dorongan diri sendiri, ya!

Mau jago Microsoft Excel? Simak panduan lengkap Excel di sini.

2. Mitos Kedua: “Semua Orang yang Bekerja di Startup Jenius”

5 Realita Bekerja di Startup, Jangan Termakan Mitos!
Orang yang bekerja di startup terlihat jenius karena segala tantangan yang telah mereka hadapi

Jika kamu merasa kalau orang yang bekerja di startup jenius semua, berarti kamu sudah termakan mitos, nih. Faktanya, dalam sebuah perusahaan rintisan, ada bidang tertentu yang tidak selalu membutuhkan expert. Namun, apabila memang sudah memiliki kemampuan, ini bisa menjadi point plus.

Adapun citra “jenius” tersebut muncul lantaran tantangan saat bekerja di startup. Tantangan yang datang silih berganti membuat para pekerja memiliki mental baja dalam bertindak. Tidak hanya itu, skill mereka juga semakin terasah seiring berjalannya waktu.

Alhasil, dalam pandangan kita, mereka adalah kumpulan orang yang jenius. Padahal, mereka menjadi seperti itu karena berhasil survive dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Jadi, gak usah minder dulu, ya!

Mau jadi UI-UX Designer? Cek panduan lengkap UI-UX Design berikut.

3. Mitos Ketiga: “Startup Tidak Terorganisasi”

5 Realita Bekerja di Startup, Jangan Termakan Mitos!
Terpetakan dengan baik

Besar-kecilnya anggota dalam suatu perusahaan memang akan memengaruhi struktural perusahaan itu sendiri. Biasanya, dalam startup, keanggotaannya tidak terlalu besar.

Oleh sebab itu, terdapat beberapa anggota yang memiliki peran lebih dari satu. Namun, ini bukan berarti startup tidak terorganisir. Sebab, orang yang mendapat job dobel tersebut umumnya adalah orang yang fleksibel, teratur, dan bisa diandalkan sehingga perusahaan dapat tetap terorganisasi.

Mungkin, bekerja dengan peran banyak sekaligus terkesan sulit. Soalnya, tanggung jawab pastinya menjadi semakin besar. Kendati demikian, tanggung jawab yang besar ini akan memberikan keuntungan yang besar pula, lo!

Bukan sekadar materi, keuntungan tersebut juga berupa skill dan pengalaman baru yang pastinya akan sangat bermanfaat untuk kariermu di masa depan.

Mau lancar Bahasa Inggris? Baca panduan lengkap bahasa Inggris, TOEFL, IETLS & Beasiswa ini.

4. Mitos keempat: “Bekerja di Startup Memiliki Risiko yang Besar”

5 Realita Bekerja di Startup, Jangan Termakan Mitos!
Sekalipun berisiko tinggi, bekerja di startup banyak memberikanmu keuntungan, lo!

Mitos keempat ini tidak sepenuhnya salah ataupun benar. Perusahaan rintisan memang memiliki risiko kegagalan yang cukup tinggi. Meski demikian, bukan berarti hal tersebut akan selalu buruk untuk kariermu ke depannya.

Padahal, terbiasa dengan risiko dan tantangan dapat membantumu menjadi individu yang serbabisa, fleksibel, dan siap untuk apa pun yang terjadi. Alhasil, dengan pengalaman dan skill yang mumpuni itu, kamu akan semakin lebih mudah mencari pekerjaan.

Tertarik Jadi Software engineering? Baca panduan lengkap Software Engineering di sini.

5. Mitos Kelima: “Gaji Bekerja di Startup Lebih Rendah dari Gaji Rata-Rata”

5 Realita Bekerja di Startup, Jangan Termakan Mitos!
Tidak sedikit startup yang menggaji pekerjanya dengan upah yang kompetitif

Banyak yang enggan meniti karier di perusahaan rintisan karena gajinya lebih rendah dari rata-rata. Hal tersebut memang terjadi akibat ekuitas dan kompensasi risiko. Namun, ini tidak sepenuhnya benar, lo! Ada, kok, beberapa startup yang memberikan upah kompetitif—bahkan, lebih dari rata-rata pasar!

Besar-kecilnya gaji yang bergantung pada kemampuan yang kamu miliki. Jadi, kalau kamu memiliki kemampuan lebih dan ingin bekerja di startup, gak usah khawatirkan masalah gaji, deh. Pihak perusahaan tentu akan mempertimbangkan kemampuan dengan kompensasi/imbalan yang kelak kamu terima. 

Ternyata, realita bekerja di startup tidak seperti mitos yang beredar, ya? Jadi, apakah kamu sudah siap untuk memulai karier di sebuah perusahaan rintisan? Namun, sebelum itu, kamu masih perlu membangun skill supaya semakin mudah diterima, nih.

Nah, kebetulan, MySkill menyediakan banyak e-learning dan bootcamp yang dapat membantu mengembangkan kemampuanmu. Tertarik untuk mencobanya? Cek aja di myskill.id!

Mari terus belajar dan kembangkan skill di MySkill