Contoh Pembukuan Sederhana Usaha Catering

1. Definisi Usaha Catering

Usaha catering adalah jenis bisnis yang menyediakan layanan penyediaan makanan dan minuman untuk acara-acara khusus atau kegiatan tertentu, seperti pernikahan, acara korporat, seminar, pesta ulang tahun, dan lain sebagainya. Catering dapat beroperasi dalam berbagai skala, mulai dari usaha kecil yang melayani acara-acara lokal hingga perusahaan besar dengan jangkauan regional atau nasional.

Berikut adalah beberapa aspek yang merangkum definisi usaha catering secara lengkap:

1. Layanan Penyediaan Makanan dan Minuman
  • Usaha catering berkonsentrasi pada penyediaan makanan dan minuman untuk berbagai jenis acara atau kegiatan. Ini bisa mencakup berbagai jenis hidangan, mulai dari hidangan utama, hidangan pembuka, hidangan penutup, hingga minuman, baik non-alkohol maupun alkohol.
2. Kustomisasi Menurut Kebutuhan Pelanggan
  • Salah satu fitur utama dari usaha catering adalah kemampuannya untuk menyesuaikan menu dan layanan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pelanggan. Ini bisa meliputi penyediaan makanan sesuai dengan jenis acara, tema acara, preferensi diet, atau kebutuhan khusus lainnya.
3. Layanan Pengiriman atau Penyajian Langsung
  • Usaha catering dapat menyediakan layanan pengiriman makanan ke lokasi acara atau menyediakan layanan penyajian langsung di lokasi acara. Ini tergantung pada preferensi pelanggan dan jenis acara yang dilayani.
4. Profesionalisme dalam Penyediaan Layanan
  • Usaha catering menekankan pada profesionalisme dalam penyediaan layanan, termasuk aspek seperti kebersihan, kualitas makanan, presentasi, dan keramahan staf. Hal ini penting untuk menciptakan pengalaman yang positif bagi para tamu acara.
5. Manajemen Logistik dan Operasional yang Efisien
  • Usaha catering melibatkan manajemen logistik dan operasional yang efisien, mulai dari perencanaan menu, pengadaan bahan baku, persiapan makanan, penyimpanan, pengiriman, hingga proses pembersihan dan pemeliharaan peralatan.
6. Pemenuhan Persyaratan Higiene dan Kesehatan
  • Karena usaha catering berhubungan langsung dengan penyediaan makanan dan minuman untuk konsumsi manusia, penting untuk memastikan pemenuhan persyaratan higiene dan kesehatan yang ketat. Ini mencakup aspek-aspek seperti kebersihan dapur, sanitasi peralatan, penanganan makanan yang aman, dan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah terkait.
7. Fokus pada Pengalaman Pelanggan
  • Usaha catering berusaha untuk memberikan pengalaman yang memuaskan bagi pelanggan, baik melalui kualitas makanan, layanan yang ramah, fleksibilitas dalam menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan, dan keseluruhan pengalaman yang menyenangkan.

Secara keseluruhan, usaha catering adalah bisnis yang mengkhususkan diri dalam menyediakan makanan dan minuman untuk acara-acara khusus, dengan fokus pada kustomisasi, profesionalisme, efisiensi operasional, dan pemenuhan kebutuhan pelanggan.

Mau jadi Product Manager? Baca panduan lengkap Product Manager berikut.

2. Mengumpulkan & Mencatat Transaksi untuk Pembukuan Catering

Proses mengumpulkan dan mencatat transaksi untuk pembukuan catering merupakan langkah penting dalam menjalankan bisnis catering. Berikut adalah penjelasan lengkap tentang langkah-langkah yang terlibat dalam proses ini:

1. Pengumpulan Data Transaksi
  • Pengumpulan data transaksi dimulai dari pencatatan setiap transaksi yang terjadi dalam bisnis catering. Ini mencakup semua pembelian bahan baku, penjualan makanan dan minuman, pembayaran dari pelanggan, serta pengeluaran operasional lainnya seperti biaya transportasi, listrik, dan gaji karyawan.
2. Bukti Transaksi
  • Setiap transaksi harus didukung oleh bukti transaksi yang valid. Ini bisa berupa faktur pembelian untuk bahan baku, faktur penjualan untuk pesanan dari pelanggan, kwitansi pembayaran, bon pesanan, atau bukti transfer untuk pembayaran online.
3. Pencatatan Transaksi
  • Setiap transaksi yang dikumpulkan harus dicatat secara akurat dalam buku besar atau sistem akuntansi. Ini mencakup mencatat detail transaksi seperti tanggal, jenis transaksi, deskripsi barang atau layanan, jumlah, harga, dan total transaksi.
4. Pengelompokan Transaksi
  • Transaksi yang telah dicatat kemudian akan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Misalnya, pembelian bahan baku akan dikelompokkan dalam kategori pembelian, penjualan makanan dan minuman akan dikelompokkan dalam kategori pendapatan, dan pengeluaran operasional lainnya akan dikelompokkan dalam kategori yang sesuai.
5. Verifikasi Data
  • Setelah mencatat transaksi, penting untuk melakukan verifikasi data untuk memastikan keakuratan dan keabsahan informasi yang dicatat. Hal ini melibatkan perbandingan antara bukti transaksi dengan catatan yang dicatat dalam buku besar atau sistem akuntansi.
6. Periode Pelaporan
  • Transaksi yang terkumpul dan tercatat akan digunakan untuk menyusun laporan keuangan pada akhir periode tertentu, seperti bulanan, triwulanan, atau tahunan. Laporan keuangan ini akan memberikan gambaran tentang kinerja keuangan bisnis catering selama periode tersebut.
7. Analisis Keuangan
  • Data transaksi yang tercatat juga dapat digunakan untuk melakukan analisis keuangan yang lebih mendalam, seperti analisis biaya, analisis profitabilitas, dan analisis tren keuangan. Analisis ini membantu dalam pemantauan kinerja bisnis serta identifikasi area-area yang perlu ditingkatkan.
8. Pemeliharaan Berkala
  • Terakhir, penting untuk melakukan pemeliharaan berkala terhadap catatan transaksi. Ini melibatkan pengecekan dan penyesuaian jika diperlukan, serta memastikan bahwa semua transaksi telah tercatat dengan benar dan lengkap.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara sistematis, bisnis catering dapat mengelola transaksi dengan lebih efisien dan akurat, yang pada gilirannya akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dan pemantauan kinerja keuangan yang lebih efektif.

3. Contoh Perhitungan Usaha Catering Rumahan Sebelum Lakukan Pembukuan

Sebelum melakukan pembukuan, penting bagi pemilik usaha catering rumahan untuk melakukan perhitungan secara menyeluruh tentang pendapatan, biaya, dan keuntungan yang diharapkan dari usaha mereka. Berikut adalah contoh perhitungan usaha catering rumahan sebelum melakukan pembukuan:

1. Pendapatan
  • Pertama-tama, tentukan sumber pendapatan dari usaha catering rumahan, seperti:
    • Harga jual per porsi makanan atau paket catering.
    • Jumlah pesanan yang diharapkan per bulan atau per minggu.

Contoh:

  • Harga jual per porsi makanan: Rp 50.000
  • Jumlah pesanan yang diharapkan per bulan: 20 pesanan

Total Pendapatan = Harga Jual Per Porsi × Jumlah Pesanan

Total Pendapatan = Rp 50.000 × 20 = Rp 1.000.000

2. Biaya Produksi
  • Selanjutnya, identifikasi semua biaya yang terkait dengan produksi makanan, seperti:
    • Bahan baku (makanan, bumbu, bahan kemasan).
    • Bahan bakar atau energi untuk memasak.
    • Biaya penyimpanan dan perlengkapan dapur.
    • Biaya tenaga kerja (jika menggunakan pekerja tambahan).

Contoh:

  • Biaya bahan baku per pesanan: Rp 20.000
  • Biaya bahan bakar dan energi: Rp 100.000 per bulan
  • Biaya penyimpanan dan perlengkapan dapur: Rp 50.000 per bulan
  • Biaya tenaga kerja (pembantu) per pesanan: Rp 10.000

Total Biaya Produksi per Pesanan = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja

Total Biaya Produksi per Pesanan = Rp 20.000 + Rp 10.000 = Rp 30.000

3. Biaya Operasional
  • Identifikasi juga biaya operasional lain yang terkait dengan menjalankan usaha catering rumahan, seperti:
    • Biaya transportasi atau pengiriman.
    • Biaya pemasaran dan promosi.
    • Biaya administrasi (pembukuan, perizinan, telepon).

Contoh:

  • Biaya transportasi per pesanan: Rp 5.000
  • Biaya pemasaran dan promosi per bulan: Rp 200.000
  • Biaya administrasi per bulan: Rp 50.000
4. Total Biaya
  • Hitung total biaya produksi dan total biaya operasional.

Total Biaya Produksi (Bulan) = Total Biaya Produksi per Pesanan × Jumlah Pesanan

Total Biaya Produksi (Bulan) = Rp 30.000 × 20 = Rp 600.000

Total Biaya Operasional (Bulan) = Biaya Transportasi + Biaya Pemasaran + Biaya Administrasi Total Biaya Operasional (Bulan) = Rp 5.000 + Rp 200.000 + Rp 50.000 = Rp 255.000

Mau jadi Akuntan, Pajak atau Auditor? Baca panduan lengkap Akuntansi, Pajak dan Audit di sini.

5. Perhitungan Keuntungan Kotor
  • Hitung keuntungan kotor dengan mengurangkan total biaya dari total pendapatan.

Keuntungan Kotor = Total Pendapatan – Total Biaya Produksi – Total Biaya Operasional

Keuntungan Kotor = Rp 1.000.000 – Rp 600.000 – Rp 255.000 = Rp 145.000

Dengan melakukan perhitungan seperti ini sebelum melakukan pembukuan, pemilik usaha catering rumahan dapat memperkirakan potensi keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha mereka serta mengidentifikasi area-area yang memerlukan pengendalian biaya lebih lanjut atau peningkatan efisiensi. Hal ini akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dalam menjalankan bisnis catering mereka.

4. Jenis-Jenis Pembukuan Yang Cocok untuk Bisnis Catering

Ada beberapa jenis pembukuan yang cocok untuk bisnis catering, tergantung pada ukuran dan kompleksitas bisnis. Berikut adalah beberapa jenis pembukuan yang umumnya digunakan dalam bisnis catering:

1. Pembukuan Sederhana (Manual)
  • Pembukuan sederhana dilakukan secara manual menggunakan buku kas atau buku besar sederhana. Ini cocok untuk bisnis catering skala kecil dengan volume transaksi yang relatif rendah. Pencatatan dilakukan secara langsung oleh pemilik usaha atau staf dengan menulis setiap transaksi ke dalam buku kas atau buku besar.
2. Sistem Akuntansi Excel
  • Penggunaan spreadsheet seperti Excel adalah pilihan yang populer untuk pembukuan bisnis catering. Dalam Excel, Anda dapat membuat daftar transaksi, menghitung pendapatan dan biaya, serta menyusun laporan keuangan secara manual. Ini cocok untuk bisnis catering sedang dengan volume transaksi yang sedang.
3. Perangkat Lunak Pembukuan (Desktop atau Cloud-based)
  • Perangkat lunak pembukuan khusus, baik desktop maupun berbasis cloud, dapat membantu dalam mengelola pembukuan bisnis catering secara lebih efisien. Perangkat lunak ini biasanya menyediakan fitur-fitur seperti pencatatan transaksi, pembuatan faktur, pengelolaan stok, dan pembuatan laporan keuangan otomatis. Cocok untuk bisnis catering dengan volume transaksi yang tinggi atau yang ingin mengotomatiskan proses pembukuan mereka.
4. Sistem Akuntansi Terintegrasi
  • Sistem akuntansi terintegrasi mencakup berbagai modul yang terhubung satu sama lain, seperti modul pembelian, penjualan, stok, dan keuangan. Ini adalah pilihan yang lebih canggih untuk bisnis catering yang kompleks, dengan banyak transaksi dan kebutuhan manajemen yang rumit. Sistem ini dapat menyediakan analisis yang mendalam dan laporan keuangan yang lebih komprehensif.
5. Jasa Akuntansi atau Konsultan Keuangan
  • Untuk bisnis catering yang ingin fokus pada operasional mereka tanpa harus memikirkan pembukuan, menggunakan jasa akuntansi atau konsultan keuangan bisa menjadi pilihan. Mereka akan mengelola semua aspek pembukuan, termasuk pencatatan transaksi, pembuatan laporan keuangan, dan analisis keuangan, sehingga pemilik bisnis dapat fokus pada pengembangan bisnis mereka.

Pemilihan jenis pembukuan yang tepat untuk bisnis catering akan tergantung pada ukuran, kompleksitas, dan kebutuhan bisnis. Penting untuk memilih sistem atau metode yang sesuai dengan tingkat keahlian Anda dalam bidang akuntansi, serta dapat mengakomodasi pertumbuhan dan perkembangan bisnis Anda di masa depan.

Mau jago Microsoft Excel? Simak panduan lengkap Excel di sini.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di MySkill