Review Buku Misbehaving: The Making of Behavioral Economics

Judul buku: Misbehaving: The Making of Behavioral Economics

Penulis: Richard H. Thaler

Penerbit: W. W. Norton & Company

Tahun penerbitan: 2016

“Misbehaving: The Making of Behavioral Economics” adalah sebuah buku yang mengungkapkan perjalanan dan perkembangan ilmu ekonomi perilaku. Buku ini ditulis oleh seorang ahli ekonomi terkenal, yang secara mendalam memeriksa perubahan paradigma dalam pemikiran ekonomi tradisional. Bahasa Indonesia dalam buku ini menawarkan gambaran lengkap tentang bagaimana perilaku manusia telah diabaikan dalam model ekonomi konvensional, dan bagaimana ekonomi perilaku muncul sebagai disiplin yang mencoba memahami dan memprediksi keputusan ekonomi berdasarkan tingkah laku sebenarnya manusia, bukan hanya model homo economicus yang seringkali terlalu rasional dan tanpa emosi.

Buku ini memperkenalkan berbagai eksperimen dan penelitian yang menyoroti cara-cara di mana manusia sering kali tidak mengikuti pola perilaku yang rasional, seperti mengalami bias kognitif dan emosional dalam pengambilan keputusan. Selain itu, bahasa Indonesia dalam buku ini menjelaskan bagaimana perilaku manusia dapat mempengaruhi pasar, mengubah dinamika ekonomi, dan mendorong terjadinya fenomena seperti gelembung finansial dan irasionalitas kolektif.

Penulis dengan cerdas mengajak pembaca untuk memahami betapa pentingnya memasukkan aspek psikologi manusia dalam analisis ekonomi dan mencoba menyusun teori-teori baru yang lebih akurat dalam menggambarkan perilaku ekonomi sehari-hari. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam buku ini memberikan kemudahan bagi pembaca untuk menyerap konsep-konsep kompleks secara jelas dan menarik.

Dengan gaya penulisan yang lugas namun menarik, buku “Misbehaving: The Making of Behavioral Economics” memberikan wawasan yang dalam tentang bagaimana ekonomi perilaku telah mengubah cara kita memahami ekonomi dan membuka jalan bagi pemikiran yang lebih holistik dan realistis tentang perilaku manusia dalam konteks ekonomi.

Mau jadi HRD? Simak panduan lengkap Human Resource Development di sini.

Key Summary:

  1. Behavioral Economics’ Emergence: Menggambarkan bagaimana Behavioral Economics muncul sebagai kajian interdisipliner yang mencampurkan psikologi dengan ekonomi tradisional. Kita memahami bahwa manusia tidak selalu bertindak secara rasional dalam pengambilan keputusan ekonomi, sehingga model-model ekonomi tradisional kurang mampu menggambarkan perilaku sebenarnya.
  2. Overcoming Status Quo Bias: Kita dapat mengatasi bias status quo dengan menyadari kecenderungan kita untuk lebih suka mempertahankan situasi saat ini daripada mengambil risiko dengan perubahan. Selain itu, mempertimbangkan alternatif dan konsekuensi jangka panjang dapat membantu kita lebih terbuka terhadap perubahan yang lebih baik.
  3. The Power of Nudges: Mengungkapkan bahwa kita cenderung mudah dipengaruhi oleh “nudges” atau pemicu kecil yang dirancang untuk memengaruhi pilihan kita tanpa mengubah opsi secara radikal. Nudges dapat digunakan untuk mendorong pilihan yang lebih baik dalam pengambilan keputusan sehari-hari.
  4. Designing Better Choice Architecture: Dengan memahami kekuatan nudges, kita dapat merancang struktur pilihan yang lebih baik untuk mendorong perilaku yang diinginkan. Misalnya, menempatkan makanan sehat di tempat yang lebih mencolok di toko dapat membantu kita lebih mungkin memilih makanan sehat daripada makanan tidak sehat.
  5. The Influence of Framing: Menyoroti pentingnya framing atau penyajian informasi dalam mempengaruhi keputusan kita. Kita cenderung berbeda dalam memutuskan ketika informasi disajikan secara berbeda, bahkan jika informasinya sama.
  6. Recognizing Framing Effects: Dengan menyadari efek framing, kita dapat lebih kritis dalam mengevaluasi informasi dan mempertimbangkan implikasinya. Misalnya, saat membuat keputusan keuangan, kita harus waspada terhadap bagaimana informasi disajikan agar tidak terjebak dalam framing yang menguntungkan satu pilihan dibandingkan yang lain.
  7. The Pitfalls of Mental Accounting: Menjelaskan konsep mental accounting, di mana kita cenderung memperlakukan uang dan sumber daya lainnya sebagai “akun” terpisah dan terkadang irasional dalam pengelolaannya.
  8. Avoiding Mental Accounting Traps: Dengan menghindari perangkap mental accounting, kita dapat mengambil keputusan keuangan yang lebih bijaksana. Salah satunya adalah dengan melihat uang sebagai aset holistik yang dapat digunakan secara fleksibel untuk tujuan yang lebih besar.
  9. Behavioral Economics and Retirement Savings: Menyajikan studi kasus mengenai pengaruh Behavioral Economics dalam meningkatkan tingkat tabungan pensiun. Kita belajar bahwa upaya seperti mengenalkan skema otomatisasi tabungan dapat berdampak signifikan pada persiapan masa pensiun kita.
  10. Embracing Behavioral Strategies for Retirement Planning: Kita dapat mengadopsi strategi-strategi perilaku tersebut dalam merencanakan masa pensiun kita. Misalnya, menggunakan opsi otomatis seperti potongan gaji langsung untuk tabungan pensiun dapat membantu kita lebih konsisten dalam menabung.
  11. Decision Paralysis and Choice Overload: Menguraikan bahwa terlalu banyak pilihan dapat menyebabkan kebingungan dan akhirnya membuat kita kesulitan dalam membuat keputusan yang tepat.
  12. Simplifying Decision-Making: Dengan menyederhanakan proses pengambilan keputusan, kita dapat menghindari kebingungan yang berlebihan. Misalnya, ketika berbelanja, kita bisa membuat daftar kebutuhan yang jelas sehingga tidak tergoda dengan banyak pilihan yang tidak relevan.
  13. The Role of Emotions in Decision Making: Menyoroti peran emosi dalam pengambilan keputusan ekonomi. Kita cenderung dipengaruhi oleh emosi saat berhadapan dengan situasi tertentu, yang dapat memengaruhi keputusan kita secara signifikan.
  14. Recognizing Emotional Triggers: Dengan mengenali pemicu emosional, kita dapat mempertimbangkan lebih rasional dalam pengambilan keputusan dan menghindari keputusan impulsif yang mungkin didorong oleh emosi.
  15. The Impact of Social Norms on Behavior: Perilaku kita dipengaruhi oleh norma-norma sosial dan apa yang dianggap “normal” dalam masyarakat. Hal ini dapat mempengaruhi pilihan konsumsi dan tabu-tabu tertentu.

Mari terus belajar dan kembangkan skill di MySkill